10 Tahun di San Francisco

Sabtu, 14 September 2024

Stephen Curry, pebasket asal SF Bay Area, berpose bersama tim tenis meja putri di Olimpiade Paris 2024. Wajah AS yang sesungguhnya (sumber: tangkapan layar Instagram)

Tidak terasa hari ini tepat 10 tahun sejak kami melangkah keluar dari EVA28 dan menginjakkan kaki di Amerika Serikat. 


Sampai hari ini, kami bersyukur bahwa negara yang sama sekali asing ini bisa menerima kami; begitu pula sebaliknya kami bisa menyesuaikan diri dan merasa nyaman tinggal di sini.


Tentu pertanyaannya, mengapa kami betah?


Untuk menjawabnya, mari berkilas-balik ke Olimpiade Paris 2024 lalu. Ada satu meme/lelucon yang viral tentang tim tenis meja AS. 


Meme (yang cukup rasis) tersebut didasarkan pada kesalahpahaman umum bahwa asal-usul, ras atau penampilan seseorang menentukan kebangsaannya. “Orang Amerika” haruslah dari ras kaukasia, orang Jepang mesti berwajah Asia Timur, dsb. 


Meskipun para atlet pingpong tadi dari keturunan Asia Timur, mereka orang Amerika seutuhnya, lahir dan besar di AS. 


Keragaman latar belakang etnis, termasuk orang Asia, Afrika, Hispanik, dan keturunan Eropa, mencerminkan realitas di AS—bahwa masyarakatnya mungkin tidak sama secara penampilan fisik, tetapi mereka disatukan identitas kebangsaan Amerika.


Sejak didirikan, negara ini dibangun di atas konsep kebebasan dan kesempatan, yang telah menarik imigran dari berbagai latar belakang ras, etnis, dan budaya.


Keragaman ini berperan penting dalam menjadikan AS negara yang maju dan inovatif.


Keturunan imigran, tanpa memandang dari mana asal mereka, berkontribusi besar di berbagai bidang. Perpaduan budaya dan perspektif yang berbeda telah menghasilkan solusi kreatif, teknologi mutakhir, dan perkembangan budaya yang dinamis.


Konsep dan gagasan kebangsaan seperti itulah yang membuat kami belum berpikir untuk pindah. 


Kami, yang tidak berstatus sebagai warga negara AS, diterima dengan tangan terbuka di sini; disediakan kesempatan yang sama, diperbolehkan untuk berkontribusi, tetapi bebas untuk tetap mempertahankan identitas kami sebagai orang Indonesia.


Rasanya memang sulit bagi kami untuk tidak merasa betah di Amerika Serikat.

7 Taman yang Wajib Dikunjungi di San Francisco

Rabu, 14 Agustus 2024

San Francisco bukan saja terkenal dengan kondisinya yang berbukit-bukit (seperti diceritakan di artikel ini), melainkan juga karena taman-tamannya yang indah dan mudah diakses siapa saja. 

Berikut adalah tujuh taman terbaik yang dapat Anda kunjungi:

Golden Gate Park

Golden Gate Park layaknya oase hijau yang membelah bagian barat kota dengan luas melebihi Central Park di kota New York. Taman ini menawarkan jalur bersepeda, area untuk berjalan kaki, dan piknik, membuatnya sempurna untuk segala aktivitas luar ruangan. Setiap sudut taman penuh dengan keindahan alam, seperti danau Blue Heron atau Spreckels Lake, dan beberapa air terjun mini. Atraksi utama di antaranya Japanese Tea Garden, Botanical Garden, de Young Museum, California Academy of Sciences, dan Conservatory of Flowers.

9 TAHUN DI SAN FRANCISCO

Kamis, 14 September 2023

Siapa yang ingin pindah ke Amerika Serikat? 


Di era Tik Tok dan Threads ini, kami rasa tidak banyak lagi yang tertarik untuk bermigrasi; bahkan sedikit saja orang yang mau untuk sekadar berkunjung di saat liburan. 


Fenomena ini juga terjadi dengan green card lottery, di mana terjadi penurunan peserta hingga 46% untuk DV 2021 dibandingkan dengan sebelum pandemi (berdasar statistik dari travel.state.gov)


California Superbloom di Lands End, San Francisco

Hal yang sangat wajar kalau dihubungkan dengan masifnya persebaran video "menakutkan" tentang AS: mulai dari aksi kekerasan terhadap warga keturunan Asia (Timur) sejak awal pandemi hingga ratusan kasus penembakan di berbagai sekolah. 


Belum lagi berita tentang penutupan berbagai pusat perbelanjaan di San Francisco plus video penjarahan toko-toko.


Kami sudah biasa diberondong pertanyaan soal video viral atau aneka pesan WhatsApp yang tersebar di Indonesia tentang situasi "mencekam" di negara adidaya ini. Biasanya pihak yang bertanya akan melanjutkan dengan "apa masih betah tinggal di sana".


Tentu saja kami masih betah. Internet dan media sosial seringkali berbeda jauh dengan kenyataan.


Semuanya kembali kepada perspektif kita memandang hidup ini. Agak filosofis, tapi cukup akurat untuk menjelaskan sikap kami.


Apakah Anda memilih untuk fokus pada hal-hal buruk sehingga mengabaikan keindahan di sekeliling Anda? Atau, bisa kah Anda melihat keindahan dan kebaikan di antara hal-hal buruk? 


Nasi Uduk Komplit

Apa kebaikan yang kami lihat? Soal yang sederhana saja, ragam makanan. Bumbu dan bahan baku khas masakan Indonesia mudah ditemui di San Francisco, tempat kami tinggal. Mudah sekali untuk menikmati nasi uduk atau sayur asem. 



Hal lainnya, kami punya keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi yang jauh lebih baik dengan tinggal di San Francisco. Seusai bekerja, antara Senin sampai Jumat, kami bisa melepas lelah di pantai yang jaraknya hanya 15 menit berkendara.


Dalam skala yang lebih besar, kesempatan terbuka lebar di Amerika Serikat. Banyak perusahaan asal AS punya CEO yang asal-usulnya dari keturunan imigran (bukan berkulit putih), misalnya Microsoft, Google, dan Nvidia. 


Sistem sosial yang memungkinkan anak imigran menjadi pucuk pimpinan, punya kelemahan dari sisi ketertiban dan keteraturan. Tapi tentunya dampak negatifnya jauh lebih kecil dari sisi positifnya.


Dari 121 kilometer persegi luas total kota San Francisco, daerah Tenderloin yang sering menjadi sorotan itu (pusat kaum tunawisma) luasnya tidak sampai 1 km persegi. Apa kita mau berkutat dengan keburukan di 1 km persegi itu atau memilih untuk menghargai keindahan dan kebaikan yang ada di 120 kilometer persegi lainnya?


Jika meminjam analogi Alphonse Karr dari tahun 1853: "Let us try to see things from their better side: You complain about seeing thorny roses bushes; Me, I rejoice and give thanks that thorns have roses".


Kami memilih untuk menghargai keindahan bunga mawar, bukan mengeluhkan tangkainya yang berduri.


Tautan cerita lainnya:


8 TAHUN DI SAN FRANCISCO

Rabu, 14 September 2022

Ini tahun ke-8 sejak kami pindah dari Jakarta ke San Francisco. Kalau diibaratkan masa jabatan Presiden AS, sudah dua periode. 

PENGUMUMAN PEMENANG DV LOTTERY 2023

Jumat, 13 Mei 2022

Selamat kepada para pemenang DV Lottery 2023!


Bagi yang sudah mendaftar DV Lottery 2023 pada bulan Oktober - November 2021 lalu, anda bisa melihat pengumuman pemenang di situs resmi:


Electronic Diversity Visa Program (state.gov)



Status pemenang dapat diakses dari 7 Mei 2022 sampai dengan 20 September 2023.


PENDAFTARAN DV LOTTERY 2023

Selasa, 05 Oktober 2021

Pendaftaran Diversity Visa Program 2023 (DV-2023) dibuka tanggal 6 Oktober 2021 pukul 23.00 WIB sampai dengan 9 November 2021 pukul 23.00.




Pendaftaran dilakukan secara elektronik dan formulir pendaftaran hanya akan tersedia di website resmi DV Lottery https://dvprogram.state.gov/

7 TAHUN DI SAN FRANCISCO

Selasa, 14 September 2021
Tahun ketujuh kami di San Francisco dilewatkan masih dalam situasi pandemi COVID-19. Namun dengan adanya vaksin, keadaan jauh lebih baik dibandingkan tahun lalu.

Pada pertengahan 2021, tepatnya 15 Juni, seluruh aktivitas ekonomi di negara bagian California dan kota San Francisco sudah dibuka seluruhnya.

Artinya seluruh kegiatan bisnis seperti toko dan restoran sudah bisa beroperasi normal tanpa ada pembatasan kapasitas dan interaksi sosial (social distancing).

Di sisi lain, penyebaran varian Delta yang sangat cepat membuat kami masih sangat berhati-hati dan waspada dalam menjalankan aktivitas.

Sudah 18 bulan sejak Maret 2020 kami bekerja dari rumah. Untungnya jenis pekerjaan kami memungkinkan untuk itu. 
© ceritasf 2017. Diberdayakan oleh Blogger.
Back to Top